Radarpos.com, Magelang – Pendidikan anak usia dini merupakan landasan utama dalam perkembangan pribadi anak; baik berkenaan dengan karakter; fisik, kognitif, bahasa, seni, sosial emosional, kemampuan spiritual, disiplin diri, konsep diri, dan kemandirian.
Oleh karena itu, dalam memberikan layanan pendidikan perlu memahami karakteristik perkembangan dan cara anak belajar dan bermain.
Pendidikan anak usia dini memegang peranan yang sangat penting dan menentukan keberhasilan seseorang di masa depan. Pendidikan anak usia dini dapat dijadikan cermin untuk melihat keberhasilan anak di masa depan.
Anak usia dini berada pada masa keemasan atau the golden age karena anak mudah menerima, mengikuti, melihat, dan mendengar segala sesuatu yang dicontohkan, didengar dan diperlihatkan (Rasyid et al., 2009).
Anak usia dini penting untuk mendapatkan stimulasi perkembangan. Stimulasi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan dan usia anak, guna mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk memberikan pendidikan dan pembelajaran guna mengembangkan aspek-aspek yang dimiliki oleh anak.
Menurut Mulyasa (2016), anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan.
Anak usia dini memiliki rentang usia yang sangat berharga dibandingkan dengan usia selanjutnya karena perkembangan kecerdasannya sangat luar biasa.
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Musfiroh (2005) mengungkapkan bahwa manusia tidak hanya memiliki satu kecerdasan melainkan sembilan jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan matematis, kecerdasan linguistik, kecerdasan musikal, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan natural, dan kecerdasan eksistensial.
Salah satu kecerdasan yang penting dirangsang untuk perkembangan anak di kehidupan selanjutnya adalah kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosi merupakan salah satu yang berhubungan dengan seluruh aspek perkembangan kehidupan anak, aspek emosi sebeasar 80% faktor penentu keberhasilan seseorang, sedangkan 20% lainnya ditentukan oleh IQ (Intelligence Quotient) (Wardani, 2019).
Kecerdasan emosi menurut Mulyani (2017) adalah kegiatan yang dapat menghasilkan keterampilan untuk dapat memotivasi diri sendiri agar dapat mengelola emosi dengan baik juga dengan sungguh-sungguh (Ulfah et al., 2021).
Konsep kecerdasan emosional dikembangkan untuk menjelaskan pentingnya emosi secara psikologis (G., 2020).
Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan kekuatan sosial sebagai sumber energi, informasi, hubungan manusia dan pengaruh (Wulandari et al., 2020).
Istilah kecerdasan emosional (emotional intelligence) pada awalnya dikemukakan oleh Wayne Payne dalam sebuah disertasi yang membahas tentang emosi.
Kecerdasan emosional didefinisikan sebagai “Mempersepsikan emosi, menggunakan emosi untuk mendukung ide, memahami emosi dan informasi emosional, menyesuaikan emosi untuk perkembangan emosional dan mental” (Mayer & Salovey, 1997).
Kecerdasan emosional mencakup kemampuan membaca orang, kemampuan berteman, dan keterampilan yang dimiliki beberapa orang untuk dapat memasuki ruangan dan mulai menjalin kontak pribadi yang penting, kemampuan untuk menyerap dan menanggapi suasana hati, niat, dan niat orang lain dan keinginan.
Aspek perkembangan yang dimiliki anak adalah aspek moral dan nilai-nilai agama, bahasa, kognitif, fisik motorik, sosio-emosional anak dan seni.
Salah satu aspek yang harus dikembangkan adalah aspek sosial emosional, anak usia 5-6 tahun harus dapat berinteraksi dengan teman dan bermain dengan teman sebaya.
Anak usia dini memiliki masa sensitif dalam perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi fisik dan psikis yang siap merespon berbagai rangsangan dari lingkungan sekitarnya.
Dari segi anak usia dini mereka suka bereksplorasi, bermain sambil belajar karena dunia anak adalah dunia bermain. Melalui bermain anak dapat belajar banyak hal, tanpa disadari dan tanpa merasa terbebani.
Melalui bermain, anak dapat mengenal aturan, bersosialisasi, menempatkan diri, mengelola emosi, tenggang rasa, kerjasama, mengalah, sportif, dan sikap positif lainnya.
Kecerdasan mental, bahasa, dan motorik anak akan berkembang meskipun terkadang sifat egois anak tumbuh saat bermain. Dalam setiap kegiatan anak usia dini, selalu ada unsur bermain.
Bagi anak usia dini, bermain jauh lebih efektif dan menyenangkan serta mempermudah pencapaian tujuan belajar. Bermain adalah cara terbaik untuk mengembangkan kemampuan anak usia dini, dan merupakan cara alami untuk memahami diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Bermain sebagai pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan usia anak, dan secara bertahap dikembangkan bermain sambil belajar, oleh karena itu di TK Pertiwi Baturono, Salam, Magelang diterapkan metode proyek untuk bagian kegiatan pembelajaran anak usia dini dan metode proyek ini dilakukan dengan cara bermain.
Metode proyek merupakan salah satu metode yang digunakan untuk melatih kemampuan anak dalam memecahkan masalah yang dialami anak dalam kehidupan sehari-hari.
Metode proyek yang dilakukan secara berkelompok mendorong anak untuk bekerja sama, saling menghargai, berbagi informasi dan beradaptasi dengan teman dalam kelompok.
Metode proyek adalah cara menyajikan pengalaman belajar dengan menghadapkan anak pada masalah sehari-hari yang harus dipecahkan secara terbuka.
Melalui metode ini anak dapat berkolaborasi dan bertukar pikiran serta dapat meningkatkan motivasi dengan teman karena pelaksanaan pembelajaran ini dilakukan secara daring.
Metode tindakan memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat aktif dalam berinteraksi dengan orang lain dalam berbagai pekerjaan dan dilakukan secara berkelompok guna mencapai tujuan bersama.
Metode proyek merupakan cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada anak untuk memanfaatkan alam sekitar atau kegiatan sehari-hari anak sebagai bahan pembelajaran melalui berbagai kegiatan (Putri et al., 2019).
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap anak kelompok B di TK Pertiwi Baturono, Salam, Magelang adanya peningkatan kecerdasan emosional anak setelah mengikuti pembelajaran dengan metode proyek.
Pembelajaran yang menerapkan metode proyek dituntut untuk bekerja sama dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, dengan memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan demikian, dalam meningkatkan kecerdasan emosional anak usia dini diperlukan metode proyek agar anak usia dini dapat mengembangkan konsep dirinya.(**)
Oleh : Surmiyati, S.Pd AUD
TK Pertiwi Baturono, Salam, Magelang