Radarpos.com.Magelang – Anak usia dini memiliki berbagai tugas perkembangan. Salah satu tugas perkembangan terpenting dalam bidang sosial emosional adalah kemampuan membangun hubungan dengan orang lain. Menjalin hubungan interpersonal bukanlah aktivitas yang mudah, dibutuhkan kompetensi sosial-emosional, yaitu kemampuan mengelola kondisi diri sendiri guna menjaga hubungan yang positif dengan orang lain (Rahmawati, 2020). Ada dua tugas perkembangan utama bagi anak dalam menjalin hubungan, yang pertama menjaga keterikatan yang positif dan yang kedua adalah mengelola kondisi emosional.
Kompetensi sosial-emosional secara rinci terdiri dari kompetensi sosial dan kompetensi emosional. Orpinas (2010) menyatakan kompetensi sosial adalah kemampuan untuk berinteraksi secara efektif. Ma (2012) lebih lanjut menjelaskan bahwa kompetensi sosial sering dikaitkan dengan kemampuan anak dalam menjalin hubungan interpersonal, terutama dalam mengelola hubungan yang positif dan cara menyelesaikan konflik. Pendapat lain diungkapkan oleh Hukkelberg et al (2019) yang menyatakan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan untuk menempatkan diri berdasarkan sudut pandang orang lain dan menerapkannya dalam situasi sosial yang dihadapinya. Kondisi ini berarti bahwa kompetensi sosial berkaitan erat dengan kesadaran anak akan kepekaannya terhadap kebutuhan orang lain. Kompetensi sosial juga berguna untuk menjalin komunikasi dan hubungan interpersonal dengan orang-orang di sekitar anak.
Kompetensi emosional adalah kemampuan untuk memahami dan merespon secara efektif emosi diri sendiri dan orang lain (Gullone et al, 2010). Franco et al (2017) lebih lanjut menjelaskan bahwa kompetensi emosional mencakup kemampuan untuk mengungkapkan, mengidentifikasi, memahami dan mengatur emosi. Semua kemampuan emosi tersebut perlu dimiliki oleh anak, namun yang terpenting adalah pengaturan emosi (Santrock, 2013). Kim dan Cicchetti (2010) menjelaskan bahwa regulasi emosi merupakan regulasi emosi yang berkaitan erat dengan keterlibatan individu dalam menginisiasi, memotivasi, mengatur perilaku adaptif dan mencegah emosi negatif. Herndon et al (2013) menambahkan bahwa regulasi emosi berfungsi sebagai sistem pengendalian emosi yang dirasakan oleh anak. Emosi yang dirasakan anak sebenarnya dapat langsung diekspresikan, namun jika emosi tersebut diolah terlebih dahulu melalui regulasi emosi, maka akan muncul ekspresi emosi yang lebih sesuai dengan harapan lingkungan sekitar anak. Kesesuaian ekspresi emosi dengan lingkungan sangat diperlukan agar anak dapat diterima oleh lingkungan sosialnya (Denham et al, 2012).
Perkembangan kompetensi sosial-emosional membutuhkan dukungan dan motivasi dari lingkungan seseorang. Motivasi internal anak dikenal sebagai motivation mastery (motivasi penguasaan). Morgan et al (2014) menyatakan bahwa motivation mastery merupakan dorongan psikologis yang merangsang individu untuk berkonsentrasi dan mempertahankan, memecahkan masalah, atau untuk menguasai keterampilan atau tugas. Motivation mastery akan membantu anak-anak mengatasi tugas-tugas yang belum ditaklukkan bahkan tanpa hadiah eksternal. Motivation mastery untuk anak-anak beragam dan mencakup banyak konteks dan area, tetapi yang terkait dengan perkembangan sosial-emosional terdiri dari tiga dimensi, yaitu persistensi sosial dengan teman sebaya, persistensi sosial dengan orang dewasa dan kesenangan penguasaan (Józsa et al, 2017).
Józsa et al (2017) menjelaskan bahwa dimensi persistensi sosial dengan teman sebaya dan orang dewasa merupakan dorongan internal pada anak untuk menjalin hubungan interpersonal dengan teman sebaya dan orang dewasa di sekitarnya. Dorongan internal anak meliputi mengawali, melanjutkan, dan membentuk interaksi sosial, yang merupakan dorongan internal individu tanpa paksaan atau tekanan (Morgan et al, 2014). Keinginan yang kuat untuk dapat menjalin hubungan interpersonal yang baik dengan orang-orang disekitarnya membuat anak berusaha menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan disekitarnya. Penyesuaian diri anak hanya akan berhasil jika didukung oleh kompetensi sosial emosional.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap anak kelompok B di TK Pertiwi Geger, Tegalrejo, Magelang, motivasi penguasaan pada anak dapat mendorong mereka untuk mengasah kompetensi sosial emosionalnya menjadi lebih baik. Anak-anak yang berhasil menjalin hubungan interpersonal yang baik akan mendapatkan rasa senang yang luar biasa, lebih dibandingkan jika mereka mendapatkan reward dalam bentuk apapun. Ekspresi kegembiraan ini merupakan cerminan dari dimensi mastery pleasure, yang dapat diekspresikan melalui senyuman, tawa, atau indikator perilaku positif selama atau setelah menyelesaikan suatu tugas.
Motivation mastery pada anak berperan terhadap kompetensi sosial-emosional mereka. Pengamatan terhadap anak kelompok B di TK Pertiwi Geger, Tegalrejo, Magelang, anak yang mempunyai motivation mastery tinggi mempunyai kemampuan untuk berinisiatif, melanjutkan, dan membentuk interaksi sosial dengan orang-orang di sekitarnya tanpa paksaan. Motivation masteryakan mendorong anak untuk mandiri berusaha berkonsentrasi dan tekun menguasai kompetensi sosial-emosional, karena kompetensi ini merupakan kunci untuk membangun hubungan interpersonal yang baik.[**]
Oleh
Sutijah,S.Pd AUD
TK Pertiwi Geger, Tegalrejo, Magelang