Pemanfaatan Bahan Bekas (RECYCLE) Untuk Meningkatkan Sikap Peduli Lingkungan pada Anak Usia Dini

Penulis Admin
Minggu, 28 Mei 2023, 06:50 WIB

Radarpos.com.Magelang – Sikap dan perilaku manusia akan menentukan baik buruknya kondisi suatu lingkungan. Lingkungan sekitar, baik berupa makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan maupun benda mati, harus dilestarikan. Jika lingkungan sekitar tidak terjaga kemungkinan akan membawa kerugian bagi manusia, sebaliknya jika lingkungan terjaga dapat memberikan kesejahteraan bagi manusia (Triwahyuni et al., 2016). Lingkungan selain harus bersih, rapi, juga harus dijaga keindahannya. Oleh karena itu, kebersihan berkaitan dengan kepekaan dan kemauan orang yang bertanggung jawab terhadap lingkungan (Hairiah & Suprayogo, 2008). Ketidaktahuan anak akan kebersihan lingkungan sekolah mengakibatkan lingkungan yang tidak nyaman dan tidak enak dipandang. Untuk mengatasi masalah yang terjadi membutuhkan kepedulian anak terhadap lingkungan.

Kepedulian anak terhadap lingkungan sangat diperlukan agar tercipta suasana yang nyaman, sehingga proses belajar mengajar juga akan berjalan lebih kondusif. Purwanto (2012) menjelaskan bahwa kelestarian lingkungan merupakan isu sensitif akhir-akhir ini akibat meningkatnya pemanasan global, cuaca yang tidak menentu, ekosistem yang terganggu, munculnya penyakit, dan sebagainya. Sampah merupakan awal dari kerusakan lingkungan di udara, air, dan tanah. Segala cara alternatif untuk menjaga lingkungan akan sia-sia jika tidak diimbangi dengan sikap peduli terhadap lingkungan.

Pada saat ini perlu adanya pengelolaan lingkungan yang ditujukan untuk membangun kesehatan masyarakat. Khususnya generasi muda seperti anak usai dini agar dapat diintegrasikan dengan kegiatan menggunakan barang bekas di sekolah dan dapat dipantau langsung oleh guru. Hal ini sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan bahwa “kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan anak hidup sehat dalam lingkungan yang sehat, agar anak dapat belajar tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang berkualitas” (Depkes RI & RI, 2013) . Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memberikan pembinaan lingkungan sekolah yang sehat.

Menurut (Depkes RI, 2018) Pembinaan lingkungan sekolah yang sehat merupakan perpaduan antara upaya pendidikan dan upaya kesehatan yang terdiri dari lingkungan fisik dan mental (psikis). Lingkungan fisik sekolah terdiri dari sekolah dan lingkungannya, sedangkan lingkungan mental (psikis) menyangkut kesadaran untuk membiasakan hidup sehat dan bersih serta menjaga kebersihan lingkungan sekolah (Astini et al., 2017).

Tujuan pendidikan anak usia dini untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak. Perkembangan anak usia dini meliputi perkembangan fisik, motorik, kognitif, bahasa, emosi dan sosial. Perkembangan setiap anak berbeda-beda tergantung dari lingkungan tempat tinggal anak dan pengasuhan orang tua. Sikap dan perilaku manusia akan menentukan baik buruknya kondisi suatu lingkungan. Jika lingkungan sekitar tidak terjaga kemungkinan akan membawa kerugian bagi manusia, sebaliknya jika lingkungan tetap terjaga maka dapat memberikan kesejahteraan bagi manusia. Dengan mengembangkan lingkungan sekolah yang sehat, maka dapat meningkatkan kemampuan anak untuk hidup dalam lingkungan yang sehat.

Berkenaan dengan sikap afektif, pemerintah telah menetapkan pendidikan karakter. Salah satu karakter yang dikembangkan adalah peduli lingkungan. Sikap peduli lingkungan harus dipupuk karena tidak dapat muncul dengan sendirinya (Hamzah, 2013). Lingkungan dan manusia pada hakekatnya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara keduanya yang akan saling mempengaruhi keberadaan satu sama lain. Kondisi lingkungan akan ditentukan oleh perilaku manusia dan sebaliknya kondisi lingkungan akan mempengaruhi kehidupan manusia.

Oleh karena itu, perilaku peduli dan sikap ramah lingkungan merupakan keharusan yang tak terelakkan. Namun, perilaku peduli dan sikap ramah lingkungan tidak terwujud dengan sendirinya, melainkan membutuhkan pengetahuan, pembinaan dan pemeliharaan. Terdapat banyak cara untuk meningkatkan sikap peduli terhadap lingkungan, salah satunya yang diterapkan pada anak kelompok B di TK Trisula, Secang, Magelang dengan memperbaiki proses pembelajaran yaitu menggunakan bahan-bahan bekas (recycle). Media yang digunakan dapat berupa botol minum, kertas bekas, dan kantong plastik sebagai media dalam melatih seni kreatif dari ide yang dimiliki anak hingga yang sederhana sesuai dengan karakteristik anak usia dini.

Pelaksanaan pemanfaatan barang bekas (recycle) di TK Trisula, Secang, Magelang adalah menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan untuk mendaur ulang seperti kertas HVS, lem, gunting. Kegiatan yang dilakukan yaitu meremas kertas menjadi bentuk bulat/bola. Alat dan bahan lainnya seperti kantong plastik, kertas origami, lem, spidol dan gunting dalam kegiatan membuat baju dari kantong plastik. Untuk alat dan bahan berupa kantong plastik, kertas origami, lem, gunting, dan tali plastik dalam kegiatan membuat kantong dari kantong plastik. Alat dan bahan seperti botol plastik, gunting, kertas origami dan lem dalam pelaksanaan kegiatan membuat pot bunga.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap anak kelompok B di TK Trisula, Secang, Magelang, pemanfaatan barang bekas (daur ulang) selain dapat meningkatkan sikap peduli anak terhadap lingkungan juga dapat meningkatkan kreativitas anak. Manfaat daur ulang anak dapat belajar dengan suasana yang menyenangkan sehingga membantu anak untuk berkreasi. Kegiatan belajar melalui daur ulang sangat menyenangkan dan menarik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Hanafi & Sujarwo (2015) yang menyatakan bahwa dengan menggunakan bahan-bahan bekas kreativitas anak dapat ditingkatkan. Selain kreativitas anak semakin meningkat, terjadi peningkatan pemahaman dan keterampilan dalam pembuatan alat-alat permaianan edukatif untuk pembelajaran pada anak usia dini.[**]

Oleh

Futiah, S.Pd AUD

TK Trisula, Secang, Magelang ,Jawa Tengah

Rekomendasi