Radarpos.com.Sragen – Selama tiga hari Sebanyak 100 guru dari Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) di Sragen belajar literasi digital untuk meningkatkan kualitas pendidikan di masing-masing sekolahnya. Di era milenial, guru dituntut untuk adaptif terhadap perkembangan teknologi dan harus cakap digital dalam proses pembelajarannya.
Kegiatan belajar literasi digital itu digelar dengan nama Digital Leteracy Training 2023 yang digelar di Aula SMAN 3 Sragen. Kegiatan yang berlangsung empat hari, 4-7 Juli 2023, tersebut difasilitasi PGRI Sragen yang bekerja sama dengan Perpustakaan dan layanan Digital Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Sebanyak 100 guru itu merupakan perwakilan dari 20 cabang PGRI di Kabupaten Sragen. Kegiatan itu dihadiri Ketua PGRI Sragen Suwardi dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen Prihantomo.
Dalam kesempatan itu, Prihantomo menekankan kehati-hatian dalam penggunaan media sosial (medos). Dia berpendapat teknologi itu ibarat sabit yang bisa membantu pemegangnya tetapi juga bisa melukainya.
Ketua PGRI Sragen Suwardi mengajak para guru untuk menjaga soliditas dan solidaritas anggota PGRI. Dia meminta guru harus memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap teknologi digital. Guru milenail itu, pinta dia, harus cakap digital karena literasi digital itu merupakan harga mati bagi PGRI.
Training tersebut menghadirkan tiga narasumber yakni Kepala Perpustakaan dan Pusat layanan Digital UNS Maria Husnun Nisa; editor buku dan Jurnal Johan Wahyudi; dan guru teknologi informatika dan komunikasi (TIK) SMAN Gemolong, Budiyarto.
Masing-masing narasumber memaparkan materi yang berbeda. Maria dari UMS menjelaskan tentan Urgensi Pengemangan Profesi dengan Meningkatkan Kompetensi Literasi Digital. Johan dari Kalijambe mengangkat topik Meningkatkan kompetensi Literasi Digital melalui Pemanfaatan Jurnal. Budiyarto membahas materi Teknik Membuat Media Pembelajaran dengan Aplikasi Android.
Literasi digital menjadi penting mengingat jumlah penduduk Indonesia yang memiliki ponsel mencapai 353,8 juta dari total penduduk Indonesia hanya 276,4 juta. Artinya, setiap satu orang di Indonesia memiliki lebih dari satu ponsel. Sementara jumlah pengguna Internet di Indonesia mencapai 212,9 juta.
Dalam paparan Johan mengatakan untuk mengubah laporan hasil penelitian menjadi jurnal itu sederhana tekniknya. Johan mengajari tekniknya dan langsung bisa dipraktikkan para guru peserta kegiatan itu.
“Artikel jurnal itu memiliki delapan komponen, yakni judul dan identitas penulis, abstrak dengan kata kunci, pendahuluan, kajian teori setiap variabel, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, dan penutup yang berisi simpulan dan saran serta daftar pustaka. Panjang naskah maksimal 15 halaman dengan 1,5 spasi dan font Arial 11,ungkapnya.[R-01]