Pendidikan Kewirausahaan sejak Dini akan melahirkan Wirausaha yang Berkualitas di SDN 1 Jeruksawit

Penulis Admin
Senin, 25 Des 2023, 20:38 WIB

Radarpos.com.Karanganyar – Banyak negara saat ini mampu maju dan berkembang pesat karena dilandasi oleh pembangunan sumber daya manusia yang kuat, terencana dan terarah. Padahal negara-negara tersebut hanya memiliki sumber daya alam (SDA) yang terbatas. Jepang dan Singapura adalah contoh negara dengan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dan tidak memiliki sumber daya alam yang telah mampu menikmati kemakmuran dengan taraf hidup yang tinggi. Keberhasilan ini jelas disebabkan oleh pengembangan sumber daya manusia yang tepat sasaran, optimalisasi penggunaan teknologi canggih, dan organisasi yang efektif.

Globalisasi ekonomi dan adanya era perubahan dalam menghadapi perdagangan bebas merupakan tantangan serius bagi bangsa Indonesia untuk menangkap peluang dan bersaing di tingkat lokal, regional, dan global. Kebijakan persaingan sudah menjadi agenda internasional. Indonesia merupakan salah satu dari beberapa negara berkembang yang menerapkan kebijakan persaingan (Soesastro, 2004: 1).

Kehadiran MEA membuka peluang bagi Indonesia untuk memanfaatkan keunggulan yang dimiliki dan menjadikannya sebagai momentum untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Struktur perekonomian dunia mengalami transformasi yang pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, dari berbasis sumber daya alam (SDA) menjadi berbasis sumber daya manusia, dari era pertanian ke era industri dan informasi. Alvin Toffler (1980) dalam teorinya membagi gelombang peradaban ekonomi menjadi tiga gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi industri. Ketiga adalah gelombang ekonomi informasi. Kemudian diprediksi gelombang keempat, yaitu gelombang ekonomi kreatif dengan ide dan gagasan kreatif.

Pemerintah Indonesia terus meningkatkan komitmennya dalam mendukung optimalisasi daya  saing guna memacu produktivitas dan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Di bidang pendidikan, Pemerintah juga dapat mengembangkan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan MEA, antara lain melalui kurikulum berbasis kewirausahaan. Sejak 2009, pemerintah telah menyusun kurikulum berbasis kewirausahaan yang harus diintegrasikan ke dalam pembelajaran.

Tujuannya antara lain bagaimana mempersiapkan generasi muda untuk berdaya saing dan mampu membuka dunia usaha baru, termasuk mampu memberikan pekerjaan bagi orang lain. Menciptakan wirausaha tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Diperlukan sistem yang baik, dilaksanakan secara konsisten, terkendali, dan ditanamkan sejak dini pada setiap manusia Indonesia. Kurikulum yang diterapkan harus terintegrasi dengan karakter wirausaha. Sehingga peserta didik sudah dikenalkan berwirausaha sejak dini (TKSatuan Pendidikan Dasar).

Dengan pendidikan kewirausahaan sejak dini, suatu negara akan melahirkan banyak wirausahawan yang berkualitas. Dengan demikian, para wirausahawan ini dapat menjadi pendukung utama dalam memajukan dan mensejahterakan bangsa agar mampu bersaing dengan negara lain. Dalam mengukur apakah suatu negara berkembang dapat menjadi negara maju, dapat dilihat dari jumlah wirausahawan di negara tersebut. Menyikapi hal tersebut, siswa kelas VI SD Negeri Jombor 02, Bendosari, Sukoharjo menerapkan strategi pembelajaran kewirausahaan untuk melatih kemandirian siswa dalam menghadapi tantangan hidup di masa depan.

Hamer (2000:29) menekankan pentingnya penerapan pembelajaran kewirausahaan yang lebih banyak terkait dengan metode berbasis praktik (field-based) (seperti melalui pelatihan keterampilan dan keahlian) dan kurang mendukung metode pembelajaran berbasis kelas (seperti role-based learning). bermain dan metode belajar). simulasi). Minat mahasiswa cenderung lebih tinggi pada teknik pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata di lapangan dibandingkan dengan pendekatan ceramah tradisional (Aronsson, 2004: 291). Bagi siswa sekolah dasar tingkat rendah, memperkenalkan praktik kewirausahaan yang sukses di dunia nyata dan dikemas secara menarik akan lebih efektif dalam meningkatkan minat dibandingkan dengan metode ceramah.

Brown (2000: 1-2) menyatakan bahwa pendidikan kewirausahaan harus dilihat secara luas dalam hal keterampilan yang dapat diajarkan dan karakteristik yang dapat memotivasi siswa sehingga dapat membantu mereka menangkap peluang bisnis. terjadi pergeseran paradigma, terutama dengan arus globalisasi saat ini. Banyaknya aktivitas bisnis yang menuntut keunggulan, pemerataan, dan persaingan, sehingga pergeseran paradigma juga harus diantisipasi oleh dunia pendidikan, khususnya di bidang pendidikan kewirausahaan. Menurut laporan dari Global Entrepreneurship Monitor (GEM) terdapat korelasi yang tinggi antara pendidikan, termasuk dalam hal ini pembelajaran kewirausahaan dengan keyakinan dan motivasi individu untuk terlibat dalam kegiatan kewirausahaan (Reynolds, 2002). Dalam hal ini, pendidikan juga mendukung dan berperan penting dalam pengembangan kewirausahaan di seluruh dunia.

Implementasi strategi pembelajaran kewirausahaan pada siswa kelas 6 SD Negeri Jombor 02 Bendosari Sukoharjo meliputi:

1) Strategi integrasi pada semua mata pelajaran: Memasukkan materi kewirausahaan ke dalam beberapa materi pelajaran yang relevan, seperti: pelatihan mengkomunikasikan (cerita) tentang suatu produk/jasa (Bahasa Indonesia), mengenalkan profesi wirausaha dan perannya di masyarakat (Ilmu IPS), mempraktekkan perhitungan sederhana pendapatan, biaya dan keuntungan (Matematika), membuat produk keterampilan sebagai contoh membuat tauge dengan botol bekas, telor asin, aneka kue sederhana seperti brownis, aneka masakan seperti bihun goreng, mie goreng, nasi goreng, dan aneka gorengan seperti timus, klenyem, mendoan dan lain-lain, mengemas dan berusaha bagaimana cara memasarkannya (Seni, Budaya dan Keterampilan);

2) Strategi pada mata pelajaran muatan lokal: Memasukkan materi kewirausahaan ke dalam beberapa mata pelajaran muatan lokal yang relevan, seperti: membuat motif batik, memperkenalkan sejarah, manfaat ekonomi dan budaya di masyarakat (muatan lokal batik), memperkenalkan bahasa, keunikan dan kearifan budaya lokal Jawa yang tidak dimiliki oleh negara lain (Jawa);

3) Strategi melalui kegiatan ekstrakurikuler: Menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler wajib berupa kewirausahaan di setiap sekolah; 4) Strategi pengembangan diri, budaya sekolah atau aturan yang dibuat oleh sekolah: Memasukkan materi kewirausahaan ke dalam mata pelajaran pengembangan diri (misalnya dengan membuat tulisan, gambar untuk kemasan, promosi suatu produk (mata pelajaran Komputer).

Dengan strategi pembelajaran kewirausahaan ini terbukti kemandirian siswa terlihat, siswa  SD Negeri  01, Jeruk Sawit ,Gondangrejo,Karanganyar  menjadi pribadi yang kreatif, inovatif, bertanggung jawab, disiplin dan konsisten dalam mengerjakan sesuatu.(**)

Oleh

Tugini,S.Pd .SD Guru SD N 01 Jeruk sawit Gondangrejo,Karanganyar,Jawa Tengah

 

Rekomendasi